Etika Silaturahim

Gus Abdul Wadud Nafis Lc M.E.I

Ilustrasi silaturahmi . Foto: Shutterstock.

Allah memerintahkan kepada hambaNya supaya memperkuat hubungan silaturahim, agar satu sama lainnya saling mencintai dan saling menyayangi, orang yang  melakukan silaturahim semata-mata karena Allah dan berpegang teguh kepada etika silaturahim akan mendapatkan bermacam-macam keutamaan,  diantaranya diberikan umur panjang dan dimudahkan rezekinya. Hal ini diperkuat hadits nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam

عَن ابْن شهاب أَخْبَرَنٍيْ أَنَس بْن مَالِك أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ  –  رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Diriwayatkan dari Ibnu Sihab  (dimana) telah menginformasikan padaku Anas bin Malik ra., bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan (sisa) umurnya, maka sambunglah (tali) kerabatnya. (HR. Bukhari

Yang menjadi pertanyaan apa etika silaturahmi dalam Islam,  agar mendapatkan keutamaan silaturahmi?

Jawabannya adalah orang yang silaturrahim hendaknya mengikuti etika sebagai berikut: pertama,  ikhlas karena Allah. Orang yang silaturhim kepada sesama muslimnya harus berdasarkan niat semata-mata melaksanakan perintah Allah  dan semata-mata mengharapkan ridho dari Allah subhanahu wa ta’ala amin, karena  silaturrahim termasuk ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala,  sedangkan ibadah akan diterima apabila ikhlas karena Allah.

Kedua, cinta karena Allah. Seorang muslim yang menyambung tali silaturrahim dengan saudaranya,  baik ada ikatan famili atau tidak ada ikatan family hendaknya berniat semata-mata karena cinta sesama muslimnya seperti mencintai dirinya sendiri dan cinta sesama muslimnya karena Allah. Orang yang silaturhim karena tujuan memperkuat hubungan persaudaraan karena Allah,  maka akan mendapatkan rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala dan mendapatkan barokah dari Allah subhanahu wa ta’ala dalam persahabatannya dan di akhirat kelak  akan mendapatkan naungan di padang mahsyar ketika pada waktu itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah.

Ketiga,  perkataan dan perbuatan menyenangkan tuan rumah. Orang yang melakukan silaturrahim kepada sesama muslimnya hendaknya membicarakan hal-hal yang membuat tuan rumah itu senang,  baik diksinya maupun redaksinya,  agar mereka saling mencintai dan saling menghormati serta merasa senang, dan melakukan tindakan-tindakan yang sopan,  yang membuat tuan rumah merasa senang dan merasa aman. Seorang muslim yang melakukan silaturrahim pada saudara muslimnya hendaknya.  menghindari perkataan dan perbuatan yang membuat tuan rumahnya terganggu atau tersinggung, karena ketika melakukan tindakan-tindakan atau perkataan yang menyinggung atau menyakiti tuan rumah,  maka silaturrahim tidak memperkuat persaudaraan,  justru merusak persaudaraan,  tidak memperkuat rasa cinta, bahkan menimbulkan kebencian.

Keempat,  memilih waktu yang tepat. Silaturahim merupakan sarana memperkuat hubungan satu sama lain dan memperkuat rasa cinta satu sama lain,  maka karena itu orang yang yang melakukan silaturahim  hendaknya mampu memilih waktu-waktu yang tepat,  yang membuat tuan rumahnya merasa  senang atas kedatangannya dan tidak merasa terganggu dengan silaturahimnya, seorang tamu yang mampu memilih waktu yang tepat, maka akan disambut dengan senang dan disambut dengan penuh kehangatan serta  ketika bicara tenang dan santai. Akan tetapi apbila seseorang  silaturrahim pada waktu yang tidak tepat,  misalnya  tuan rumahnya  ada kesibukan atau terburu-buru ingin pergi,  maka akan mengganggu tuan rumah, dan hal ini  tidak memperkuat rasa cinta,  justru akan membuat merasa jengkel  dan tidak menyenangkan.

Kelima,  menghindari perkataan dan perbuatan yang menodai  kesucian silaturahim. Orang yang silaturrahim menghindari kata-kata yang isinya mencela orang lain, memfitnah orang lain,  adu domba dan kata-kata yang tidak baik lainnya, karena silaturrahim yang dikotori dengan perkataan dan perkataan yang tidak baik,  seperti ghiba,   memfitnah atau adu domba akan menghilangkan hikmah silaturrahim dan tidak akan mendapatkan barokah dan rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Dengan demikian silaturahim adalah amal ibadah sosial yang sangat agung hikmahnya,  karena orang yang melakukan silaturrahim  mendapatkan rahmat dari Allah,  dengan dipanjangkan umurnya dan dimudahkan rezekinya, akan tetapi tidak semua orang melakukan silaturrahim mendapatkan rahmat dan barokah dari Allah,  kecuali orang-orang yang melakukan silaturahim berpegang teguh pada  etika dan  ikhlas karena Allah

Wallahualam a’alam bish bishawab

2 thoughts on “Etika Silaturahim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *