Menjaga Nikmat Allah Dengan Bersyukur

Gus Dr Abdul Wadud Nafis Lc M.E.I

(bypicture:IBtisemendia)

Nikmat Allah yang diberikan kepada manusia banyak sekali,  sehingga apabila manusia menghitung nikmat Allah tidak akan pernah mampu, misalnya nikmat fisik yang strukturnya sempurna,  baik dari sisi bentuknya maupun dari sisi fungsinya, nikmat iman yang Allah berikan kepada hambaNya,  yang membuat manusia itu selamat di dunia dan akhirat, nikmat ilmu,  terutama nikmat ilmu tauhid,  fiqih dan akhlak, dengan ilmu-ilmu tersebut manusia tahu Tuhannya dan tahu bagaimana beriman dan beribadah kepadaTuhannya serta tahu bagaimana berinteraksi dengan sesama makhlukNya.

Nikmat yang Allah berikan kepada hambaNya akan selalu ditambah dan ditambah apabila hambaNya itu bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan sebaliknya apabila hambaNya mufrunnikmah  dan tidak bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala,  maka nikmat-nikmat tersebut akan dicabut pada Allah subhanahu wa ta’ala,  bahkan diberikan azab yang sangat pedih

Allah berfirm

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

(ingatlah juga), tatkala Rabb-mu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS: Ibrahim ayat 7)

Yang menjadi pertanyaan bagaimana cara mempertahankan nikmat Allah tersebut? Jawabannya, cara mempertahankan nikmat Allah subhanahu wa ta’ala adalah bersyukur.

Yang menjadi pertanyaan pertanyaan,  bagaimana yang dimaksud bersyukur?

Jawabannya: yang dimaksud bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala terhadap nikmat yang Allah berikan kepadanya: pertama,  menyadari nikmat yang Allah berikan kepadanya, misalnya menyadari nikmat fisik yang utuh dan sempurna, orang yang beriman sadar bahwa fisik yang sempurna dari sisi bentuknya dan fungsinya  adalah pemberian Allah yang Maha pengasih lagi maha penyayang.

Misalnya nikmat harta, orang yang beriman sadar bahwa harta itu adalah karunia Allah yang diberikan padanya, yang  secara  syariat melalui bisnis atau profesi lainnya, sehingga hatinya tidak sombong dan tidak merasa bahwa ini adalah semata-mata kecerdasan dan hasil usahanya sendiri, tapi sadar bahwa itu adalah  murni karunia Allah yang diberikan pada hambanya, yang secara syariat melalui kecerdasan dan kerja keras.

Kedua,  nikmat tersebut digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah dan digunakan sesuai dengan apa yang diridhoi dan dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Misalnya oleh Allah diberikan nikmat ilmu, maka ilmu tersebut digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah,  misalnya mempunyai ilmu fiqih,  maka dilaksanakan ilmu fiqih yang dimilikinya,  bagaimana cara beribadah kepada Allah yang benar,  bagaimana tata cara berinteraksi dengan masyarakat yang benar bagaimana tata cara bertransaksi s dengan sesama  manusia dengan benar dan semua aktivitas yang dilaksanakan duniatin semata-mata  mengharapkan ridho Allah subhanahu wa ta’ala.

Misalnya nikmat jabatan,  maka jabatan itu dilaksanakan dengan penuh amanah dan tanggung jawab serta digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah yang ada dalam Alquran,  hadis ijma’ ulama dan qiyas. Jabatan yang dimilikinya digunakan untuk menegakkan kebenaran,  menegakkan keadilan dan kemaslahatan masyarakat.

Maka dengan demikian seorang mukmin hendaknya selalu bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala terhadap nikmat yang dimilikinya agar nikmat itu ditambah dan ditambah oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dengan bersyukur akan mendapatkan kebahagiaan di dunia  dan lebih-lebih nanti di akhirat kelak akan mendapatkan pengampunan dari Allah dan diterima semua amal baiknya,  sehingga diselamatkan dari siksa neraka yang dimasukkan ke dalam surga.

Wallahu a’lam bish  bishawab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *