Oleh Dr. Abdul Wadud Nafis, LC., MEI
Menjadi santri bukan sekadar menimba ilmu agama di pondok pesantren, tetapi juga tentang membentuk karakter, memperkuat keimanan, dan mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin di masyarakat. Santri adalah sosok yang dididik dengan nilai-nilai keislaman yang mendalam, diajarkan untuk hidup dengan penuh tanggung jawab, serta siap mengamalkan ilmunya demi kebaikan bersama.
Menurut pengertian yang dipegang teguh di Pondok Pesantren Sidogiri, seorang santri adalah
السنتري
بِشَاهِدِ حَالِهِ هُوَ مَنْ يَعْتَصِمُ بِحَبْلِ اللهِ اْلمَتِيْنِ ، وَيَتَّبِعُ سنَّةَ الرَّسُوْلِ اْلاَمِيْنِﷺ ، وَلاَ يَمِيْلُ يُمْنَةً وَلاَيُسْرَةً فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْنٍ ، هَذَا مَعْنَاهُ بِالسِّيْرَةِ وَالْحَقِيْقَةِ لاَ يُبَدَّلُ وَلاَيُغَيَّرُ قَدِيْمًا وَحَدِيْثًا وَاللهُ اَعْلَمُ بِنَفْسِ اْلاَمْرِ وَحَقِيْقَةِ اْلحَالِ
Santri berdasarkan peninjauan tindak langkahnya adalah “Orang yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan mengikuti sunnah Rasul SAW serta teguh pendirian.” Ini adalah arti dengan bersandar sejarah dan kenyataan yang tidak dapat diganti dan diubah selama-lamanya.
Maka dengan demikian pengertian santri menurut Pondok pesantren Sidogiri adalah individu yang menyerahkan dirinya untuk belajar, beribadah, dan mengabdi kepada Allah SWT dengan penuh ketulusan dan kesederhanaan. Santri Sidogiri dituntut untuk memiliki sifat istiqamah (konsisten dalam kebaikan), tawadhu’ (rendah hati), dan ukhuwah (persaudaraan) dalam setiap aspek kehidupannya.
Santri yang sukses di pondok dan masyarakat adalah mereka yang tidak hanya menguasai ilmu, tetapi juga mampu menghidupkan nilai-nilai yang diajarkan dalam kesehariannya, baik di lingkungan pesantren maupun di tengah masyarakat. Mereka adalah penerang yang membawa perubahan positif, berbekal ilmu, akhlak mulia, dan semangat juang yang tinggi.
Untuk menjadi santri yang sukses baik di pondok pesantren maupun di masyarakat, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan:
- Kedisiplinan dalam Belajar dan Ibadah: Kedisiplinan adalah kunci sukses di pondok pesantren. Jadwal kegiatan di pesantren seringkali padat, mulai dari belajar ilmu agama hingga ilmu umum, serta ibadah harian. Menjaga kedisiplinan dalam mengikuti semua kegiatan ini akan membantu santri menguasai ilmu dengan baik.
- Aktif dalam Kegiatan Sosial dan Organisasi: Selain belajar, keterlibatan dalam kegiatan sosial dan organisasi di pesantren juga penting. Ini membantu santri mengembangkan keterampilan kepemimpinan, komunikasi, dan kerjasama tim, yang sangat berguna saat kembali ke masyarakat.
- Menjaga Akhlak dan Etika: Santri harus menjaga akhlak yang baik, baik di dalam maupun di luar pesantren. Memiliki etika yang baik akan membuat santri dihormati di masyarakat dan menjadi panutan bagi orang lain.
- Membangun Relasi yang Positif: Penting bagi santri untuk membangun hubungan yang baik dengan guru, teman sebaya, dan masyarakat sekitar. Relasi yang baik dapat membantu santri dalam mendapatkan dukungan, bimbingan, dan kesempatan untuk belajar lebih banyak.
- Mengembangkan Keterampilan Lain: Selain ilmu agama, santri juga perlu mengembangkan keterampilan lain seperti kewirausahaan, teknologi, atau bahasa asing. Ini akan membantu mereka lebih siap menghadapi tantangan di masyarakat modern.
- Belajar dari Pengalaman Orang Lain: Mendengarkan dan belajar dari pengalaman orang-orang sukses, baik itu ulama, tokoh masyarakat, atau alumni pesantren, bisa menjadi inspirasi dan motivasi untuk terus berkembang.
- Mengamalkan Ilmu yang Didapa: Ilmu yang dipelajari harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Santri yang mampu menerapkan ilmunya dalam membantu masyarakat akan lebih mudah diterima dan dihargai.
- Berpikir Kritis dan Inovatif*: Santri juga harus terbuka terhadap perkembangan zaman dan mampu berpikir kritis serta inovatif dalam menyelesaikan masalah. Ini akan membuat mereka lebih relevan di masyarakat yang terus berubah.
Dengan strategi-strategi ini, santri dapat mencapai kesuksesan tidak hanya selama di pesantren, tetapi juga ketika kembali dan berkontribusi dalam masyarakat.
Menjadi santri yang sukses di pondok dan di masyarakat bukanlah perjalanan yang mudah, tetapi itulah yang membuatnya begitu bermakna. Santri yang mampu melewati tantangan dengan keteguhan hati, belajar dengan kesungguhan, dan berakhlak mulia, akan menjadi sosok yang dihormati dan diteladani. Ketika ilmu yang dipelajari di pesantren diamalkan dengan ikhlas dan bijaksana, santri tersebut tidak hanya membawa berkah bagi dirinya sendiri, tetapi juga menjadi cahaya bagi orang lain di sekitarnya. Dengan semangat dan dedikasi, santri mampu mengukir prestasi dan memberikan kontribusi nyata bagi agama, bangsa, dan kemanusiaan. Teruslah berusaha, karena setiap langkah kecil yang diambil dengan niat yang tulus, akan mengantarkan pada kesuksesan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.
Daftar Pustaka
- Hasan, M. Ali. (2014). Masail Fiqhiyah: Kajian Hukum Islam Kontemporer. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
- Hamka. (2017). Tasawuf Modern. Jakarta: Republika.
- Qaradawi, Yusuf. (2011). Fiqih Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Quran dan Hadis (Terj.). Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
- Al-Ghazali, Abu Hamid. (2004). Ihya Ulumiddin (Terj.). Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah.
- Shihab, M. Quraish. (2012). Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.
- An-Nawawi, Imam. (2013). Riyadhus Shalihin (Terj.). Jakarta: Gema Insani.
- Madjid, Nurcholish. (2013). Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan. Jakarta: Paramadina.
- Syafii, M. Quraish. (2009). Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhui atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
- Asy-Syafi’i, Imam. (2009). Ar-Risalah (Terj.). Jakarta: Pustaka Azzam.
- Rahardjo, Dawam. (2006). *Ensiklopedi Al-Quran: Kajian Kosa Kata. Jakarta: Pustaka Firdaus.