Gus Dr Abdul Wadud Nafis Lc M.E.I
Puasa Ramadan adalah ibadah yang sangat mulia dalam pandangan Allah, karena orang yang melaksanakan puasa dengan sempurna, baik lahir maupun batin akan diampuni dosa-dosanya yang lalu dan mendapatkan ridha dari Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga di akhirat kelak puasanya menjadi tameng dari murka Allah dan api neraka. Tapi sayangnya banyak orang yang melaksanakan ibadah puasa yang puasanya sia-sia, tidak mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak mendapat hikmah puasa. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana memahami tingkatan-tingkatan puasa, tingkatan yang bagaimana puasa yang diterima oleh Allah dan puasa yang ditolak oleh Allah?
Jawabannya, rang yang melaksanakan puasa di bulan Ramadan ada tiga tingkatan:
Pertama, Shaumul umum. Puasa adalah menahan diri tidak makan dan tidak minum serta tidak melakukan hubungan intim suami istri sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, tetapi tetap melakukan perbuatan maksiat, baik dilakukan oleh anggota badan yang lahir maupun yang batin. Puasa semacam ini disebut shaumul umum, puasa semacam ini setiap orang bisa melakukannya, baik itu orang sholeh maupun orang awam. Banyak orang yang berpuasa, sekedar tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hubungan intim suami istri, tapi sayangnya hatinya tidak berpuasa dan anggota badannya yang lahir tidak berpuasa, hatinya berbuat dosa dan anggota badannya yang lahir juga berbuat dosa, hatinya masih punya rasa ria’, rasa dengki dan rasa kesal pada orang lain. Sedangkan anggota badannya yang lahir masih senang berbuat dosa, lidah digunakan untuk ghibah orang lain, mata dipakai melihat pandangan yang diharamkan oleh Allah, telinga mendengarkan pembicaraan dan suara yang diharamkan oleh Allah dan tangan dipakai melakukan perbuatan maksiat
Puasa semacam ini adalah kuasa dilakukan oleh setiap manusia, bentuk puasa yang tidak melahirkan takwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka puasa semacam ini tidak membuat dicintai Allah, tidak membuat terhindar dari api neraka dan tidak membuat dosa-dosanya diampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala, karena puasa semacam ini adalah bukan tujuan dan esensi dari puasa Ramadan, sebab tujuan yang hakiki dari puasa Ramadan adalah mencetak orang-orang yang beriman menjadi orang yang bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan cara menghindari segala yang dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala semata-mata karena takut murka Allah subhanahu wa ta’ala dan tujuan melaksanakan segala perintahg Allah semata-mata mengharapkan ridha Allah subhanahu wa ta’ala.
Kedua, shaumul khusus. Puasa tingkat kedua, orang yang berpuasa tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hubungan intim suami istri, lalu menghindari segala perbuatan dosa yang dikerjakan hati, menghindari pikiran dan perasaan yang mengandung dosa, anggota badan yang lahir menghindari segala tindakan yang mengandung dosa, mata, telinga, lidah, tangan dan kaki bersih dari segala tindakan dan perbuatan yang mengandung dosa. Lalu melaksanakan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, berupa ibadah yang wajib dan ibadah yang sunat, yaitu melaksanakan shalat lima waktu dengan sempurna dan ditambah dengan shalat sunnat qobliyah dan ba’diyah, semua yang dilaksanakan semata-mata mengharap ridha Allah subhanahu wa ta’ala.
Ketiga, shaumi khumsusil khusus. Tingkatan tertinggi orang yang berpuasa adalah berpuasa tidak makan, tidak minum, tidak melakukan berhubungan intim suami istri sejak terbitnya pajar sampai terbenamnya matahari, menghindari segala perbuatan maksiat, baik itu lahir maupun batin dan melaksanakan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, baik ibadah yang berhubungan hubungan langsung dengan Allah, seperti shalat, dzikir, baca alquran dan baca sholawat; maupun ibadah sosial, yaitu ibadah yang berhubungan dengan manusia, misalnya bersikap adil, berkata jujur, membantu orang yang membutuhkan bantuan dan berinfak pada fakir dan miskin. Kemudian hatinya selalu ingat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hatinya merasakan keagungan Allah subhanahu wa ta’ala serta hatinya menghayati sifat Allah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan hatinya tunduk dan patuh kepada Allah subhanahu wa ta’ala, hatinya menghindari mengingat sesuatu yang dapat menghalangi ingat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hatinya menghindari mengingat dan memikirkan hal-hal yang dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Secara lahir anggota badannya melakukan hal-hal yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah dan menghindari segala hal yang dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala, secara lahir ia ingat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan secara batin juga berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Puasa semacam ini adalah puasa tingkatan yang tertinggi, di mana puasa semacam ini dilakukan oleh para nabi dan para wali Allah, mereka mencintai Allah dan dicintai Allah subhanahu wa ta’ala.
Puasa level tiga, yaitu betul-betul puasa lahir dan batin, puasa shuami khususil khusus puasa yang diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan puasa yang menjadi taming dari api neraka dan dosa-dosa orang yang berpuasa Xiaomi khusus diampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga hidupnya bahagia dan mendapatkan kehidupan yang thayyibah, yaitu kehidupan yang menyenangkan dan lebih-lebih di akhirat kelak dosa-dosanya diampuni dan diterima amal sholehnya, sehingga diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga.
Orang yang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan hendaknya berusaha melaksanakan puasa yang dapat diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu puasa lahir dan batin, puasa tidak makan, tidak minum, tidak melakukan hubungan suami istri, menghindari segala perbuatan maksiat, hatinya selalu ingat kepada Allah dan beribadah kepada Allah dengan sungguh-sungguh, baik yang wajib maupun yang sunnat semata-mata mengharapkan ridho dari Allah subhanahu wa ta’ala, agar mendapatkan rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala dan mendapatkan ridha dari Allah subhanahu wa ta’ala serta mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Wallahualam a’lam bish shawab